Terus meningkatnya permintaan daging ayam kampung asli (AKA) ikut mendorong naiknya kebutuhan daging jenis ayam joper (jowo super). Asal usul ayam jawa super di Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an.
Budidaya ayam super ini kemudian semakin marak pasca-merebaknya wabah flu burung yang mulai terjadi pada tahun 2003 hingga beberapa tahun kemudian.
Wabah flu burung, selain menyerang unggas broiler, juga membuat kematian massal AKA milik peternak lokal. Langkanya daging AKA di pasaran kemudian disiasati peternak dengan joper sebagai pengganti.
Ayam joper dianggap jadi solusi memenuhi kebutuhan daging ayam kampung karena masa panennya lebih cepat dibandingkan AKA.
Sebagaimana diketahui, jenis ayam joper bisa dipanen atau berat minimal 800 gram hanya dalam waktu 45-60 hari saja. Bandingkan dengan ayam kampung asli, di mana untuk mencapai berat yang sama, membutuhkan waktu sampai 90 hari.
Dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat ini, ayam joper sangat diminati peternak lokal. Cita rasa dagingnya pun hampir serupa dengan AKA.
Asal Usul Ayam Jawa Super
Jenis ayam joper merupakan hasil persilangan antara pejantan bangkok dengan ayam layer (petelur) sebagai indukannya. Tak ada catatan resmi sejak kapan unggas persilangan ini mulai dibudidayakan di Tanah Air.
Perdebatan ayam joper dan ayam kampung asli.
Namun sejatinya, jenis ayam joper bukanlah termasuk kategori ayam kampung asli. Ini karena indukannya adalah layer petelur yang berasal dari impor grand parent stock (GPS) dari Eropa.
Meski ayam joper juga memiliki galur ayam kampung dari pejantan bangkok yang asalnya berasal dari Siam. Dari hasil persilangan itu, kemudian menghasilan final stock atau F1 yang disebut dengan ayam kampung super, nama lain dari joper.
F1 ini mewaris 50 persen sifat dari layer dan 50 persen sifat dari bangkok. Sehingga secara tidak langsung mewarisi keunggulan genetik dua jenis unggas tersebut.
Layer petelur dipakai peternak breeding sebagai indukan betina selama proses persilangan dikarenakan unggas ini bisa menghasilkan produksi telur yang lebih banyak dari pada ayam lainnya.
Sementara pejantan bangkok dipilih karena merupakan ayam kampung unggulan yang memiliki daya tahan relatif baik terhadap penyakit serta pertumbuhannya cukup cepat untuk dipanen dagingnya.
Itu sebabnya, bibit anakan atau DOC joper bisa diproduksi secara massal dan dalam waktu sangat singkat.
Bahkan, mayoritas DOC ayam joper yang beredar di pasaran bukan diproduksi oleh pabrikan breeding besar, melainkan dikembangbiakkan oleh peternak breeding skala rumahan.
Selain perkawinan alami dengan mencampur betina dan pejantan dalam satu kandang, peternak juga mengawinkan layer dengan bangkok dengan metode inseminasi sehingga bisa mempercepat proses pembuahan.
Telur dari ayam layer yang sudah dibuahi pejantan bangkok kemudian dikumpulkan dalam periode tertentu untuk kemudian ditetaskan di mesin tetas salam kurang lebih 21 hari untuk kemudian menjadi DOC siap jual.
Karakteristik Ayam Joper
Lantaran membawa sifat indukannya dari layer, maka betina ayam joper ini tidak memiliki sifat mengerami telur.
Berikut karakteristik dari jenis ayam joper:
- Ukuran ayam joper jantan lebih besar dari betina yang ditandai dengan jengger besar, badan tegap, dan terdapat jalu.
- Warna bulu jenis ayam joper umumnya masih membawa sifat layer, yaitu warna bulu kecoklatan.
- Ayam joper ini bisa dipanen dalam waktu singkat yakni 45-60 hari untuk mendapatkan berat 800 – 1.000 gram. Bahkan bobotnya bisa sampai 1.500 gram apabila dirawat secara intensif.
- Relatif lebih tahan penyakit karena mewarisi sifat ayam kampung dari bangkok.
- Berbeda dengan broiler, ayam joper juga suka bertengger dan berkokok karena sifat bawaan dari bangkok.
- Janis ayam joper bisa bertelur, tetapi tidak mengerami telurnya karena membawa sifat layer petelur.
Perdebatan Jenis Ayam Joper
Sejak marak dibudidayakan pada tahun 1990-an hingga saat ini, para peternak masih memperdebatkan apakah jenis ayam joper termasuk sebagai ayam kampung.
Terlebih bagi masyarakat sebagai pembeli masih awam membedakan ayam joper dengan ayam kampung asli atau AKA. Ini karena pedagang di pasar kerap masih menyamakan ayam joper sebagai AKA.
Lambat laun dengan semakin membanjirnya pasokan ayam joper di pasaran, pedagang maupun konsumen akhirnya beranggapan kalau ayam jawa super juga sama dengan AKA.
Pada dasarnya, tekstur daging ayam joper dengan AKA relatif berbeda, meski sedikit mirip. Perbedaannya pada tekstur ayam super yang lebih empuk ketimbang AKA.
Harus diakui, daging jenis ayam joper juga lebih sehat dibandingkan dengan karkas dari broiler karena mengandung lebih sedikit lemak.
Itu sebabnya, harga ayam joper juga tentunya lebih mahal apabila dibandingkan dengan daging broiler, bahkan masih lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam layer merah yang dipakai sebagai indukannya.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian belakangan ini akhirnya mengembangkan ayam kampung lokal unggulan bernama Kampung Unggul Balitbangtan atau disingkat dengan ayam KUB.
Berbeda dengan AKA biasa, ayam KUB memiliki produktivitas telur lebih tinggi serta masa panen yang lebih cepat sebagaimana pada ayam super.
Ayam KUB kini bahkan sudah dikembangkan menjadi ayam KUB II. Diharapkan dengan keberadaan ayam KUB, bisa menjadi alternatif ayam kampung asli di tengah serbuan jenis ayam joper.